Senin, 01 April 2013

Bunga dan Kupu-Kupu #Part3

KUPU-KUPU
Badanku terbang menjauh dari taman, membelok melewati banyak pohon dan manusia, mengikuti indra penciumanku yang sudah kuyakini kelihaiannya bahkan sebelum aku keluar dari pupa kecil-hangat itu. Belum terlalu lama aku terbang, aku sudah mendapat pembuktian pertama bahwa indraku tak mungkin salah. Tak jauh di depan, nampak pohon-pohon berdaun lebat di sepanjang jalan. Tapi bukan itu yang jadi tujuanku. Di pohon-pohon itu, banyak menempel bunga-bunga putih yang bergerombol. Nah, lihat! Indraku memang patut dipercayai.

BUNGA
Aku menatap gerombolan anggrek lain yang menempel di cabang pohon angsana di atasku. Ah, betapa senangnya tumbuh di atas sana. Punya banyak teman dan bisa lebih lagi mendapatkan sinar matahari. Tapi yang paling kuinginkan hanya teman. Padahal dalam satu tangkai, biasanya muncul tiga kuncup anggrek sejenisku. Tapi, hanya aku satu-satunya kuncup yang muncul. Kapan kiranya aku bisa mendapat teman untuk tumbuh bersamaku di retakan trotoar ini? Mungkin aku harus bersabar dan menunggu.

KUPU-KUPU
Sayapku mengepak senang ketika terbang mengitari gerombolan bunga-bunga kecil yang cantik dan manis. Sayang, tidak semua dari mereka yang di sana telah berbunga. Padahal, aku ingin meminta sedikit nektar. Dan sebagai gantinya akan kubantu penyerbukan mereka. Tapi tak apa. Mungkin mereka akan berbunga sebentar lagi, mengikuti bunga-bunga yang lainnya.
Sekarang, persoalannya, aku mulai lapar. Jadi ada baiknya aku mencari sedikit nektar untuk makanan. Pertama-tama, siapa yang sebaiknya kuminta? Aku terbang mengitari sepanjang jalan, mencari bunga yang paling menarik perhatianku. Dan..ah! Ada sebuah bunga yang tumbuh sendirian, di sela-sela batu buatan manusia. Ada apa gerangan? Apakah ia terpisah dari kawanannya? Dipenuhi rasa ingin tahu, aku pun terbang mendekat.

BUNGA
Seekor kupu-kupu yang terbang melintas melunturkan lamunanku. Betapa lincah gerakannya! Dan betapa indah warna sayapnya! Sayap putih-hitam dengan warna kuning di beberapa tempat. Apa yang sedang dilakukannya di sini? Oh.. aku mendengar pikiranku bertanya hal yang bodoh. Tentu saja ia sedang mencari nektar. Banyak bunga sejenisku yang sudah mekar di pohon-pohon. Wangi manis itu yang pasti memancing sang kupu-kupu.
Hei, tunggu, kenapa ia terbang kemari? Bunga mana yang ditujunya? Semestinya bukan aku. Aku baru berkuncup. Tidak mungkin memberikannya nektar. Anehnya, ia terbang semakin dekat..semakin dekat..semakin dekat..mungkin tidak, ia tidak ingin meminta nektar dariku. Tapi ya, ia memang terbang untuk menghampiriku.

KUPU-KUPU
Sang Kuncup Bunga nampak malu-malu saat aku menghampirinya. Aku terbang rendah mengitari untuk menyapa dan sedikit bertanya-tanya. Aku baru tahu, ternyata ia baru berkuncup dan belum berkembang. Aku juga baru tahu, masih butuh 2 minggu lagi sampai ia akan mekar. Kalau begitu, aku belum bisa menghisap nektar darinya. Tapi, ia sudah berjanji akan memberikan nektar pertamanya kalau ia mekar nanti. Tentu saja, dengan senang hati akan kutunggu saat itu. Dan sampai saat itu tiba, aku akan datang mengunjunginya setiap hari. Gambaran hubungan kami nampaknya sempurna.

BUNGA
Sang Kupu-kupu ternyata makhluk yang amat ramah. Ia menyapaku dengan sopan dan mengajakku berbicara. Senang rasanya punya teman untuk berbicara—terutama jika kau selalu hidup jauh dari gerombolan. Aku sudah berjanji padanya untuk memberikan nektar pertamaku setelah mekar. Meski itu berarti ia harus menunggu cukup lama, namun nampaknya ia senang melakukannya. Tak terasa, waktu satu hari habis begitu saja saat aku bersama dengannya. Malam datang, kemudian pagi menjelang.


>> Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar... :)